Senin, 04 Agustus 2014

KEUTAMAAN MENUNTUT ILMU AGAMA


Rasulullah SAW pernah menyampaikan bahwa jika Allah memberikan pemahaman Agama kepada seseorang maka ini tanda bahwa orang tersebut akan diberi segala macam kebaikan. Karena, dengan ilmu Agama inilah seseorang akan bisa beramal shaleh dengan baik. “Dan Allah tidaklah menyuruh Nabi SAW untuk berdoa agar ditambahkan sesuatu kecuali ilmu Agama” (QS. Taha : 114). Lalu apakah yang membuat kita lengah dan berpaling dari belajar ilmu Agama ? Ketahuilah, ilmu Agama adalah kehidupan dan cahaya, sedang kebodohan adalah kematian dan kegelapan. Semua keburukan bermuara pada tidak adanya kehidupan dan cahaya sedangkan semua kebaikan muncul dari kehidupan dan cahaya

Hukum Belajar Ilmu Agama

Rasulullah SAW bersabda, “Belajar Ilmu Agama itu wajib bagi setiap Muslim” (Sahih al-Jami : 3913-3914). Hukum belajar Ilmu Agama secara umum adalah fardhu (wajib) kifayah yaitu jika sudah ada yang belajar dan itu mencukupi maka hukum bagi Muslim yang lainnya menjadi Sunnah tidak wajib. Akan tetapi, hukum ini menjadi fardhu ain jika seseorang tidak bisa atau tidak sempurna melaksanakan ibadah dan muamalah yang sesuai dengan tuntunan syarak. Contohnya adalah kalau ada diantara kita yang ingin melaksanakan ibadah haji maka wajib bagi dia untuk belajar tata cara manasik haji yang sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW, dan demikian pula ibadah-ibadah yang lainnya. Contoh dalam bab muamalah, semisal jual beli (perdagangan), maka wajib bagi orang yang hendak berdagang untuk belajar masalah fikih perdagangan agar jangan terjerumus dalam transaksi-transaksi yang diharamkan semisal riba, zalim, dan lainnya. Lebih khusus lagi masalah akidah yang benar maka wajib setiap muslim untuk mempelajarinya karena ini adalah syarat diterimanya amal seseorang.

Pengertian Ilmu Agama

Ilmu Agama atau Ilmu Syar’I adalah Ilmu yang Allah turunkan kepada Nabi-Nya berupa bukti-bukti dan petunjuk yang ada dalam Al-Quran dan Sunnah Rasullah SAW
Dan ilmu inilah yang secara mutlak dipuji Allah dan Rasul-Nya. Rasulullah SAW bersabda, “Kalian lebih paham tentang urusan dunia kalian” (HR. Muslim). Maka dalam hadist yang mulian ini Nabi SAW ingin menjelaskan bahwa beliau tidaklah bisa atau tidak mahir tentang seluk-beluk ilmu dunia, karena pendapat atau prediksi beliau dalam masalah dunia semata-mata maka seperti manusia yang lainnya yaitu kadang benar dan kadang salah. Dan perlu dicatat bahwa beliau diutus bukan untuk perkara dunia, melainkan untuk mengurus masalah akhirat. Ada pula yang mengatakan Ilmu adalah apa yang difirmankan Allah, yang disabdakan oleh Nabi SAW, dan yang dikatakan oleh para sahabat. Wallahu A’lam.

Keutamaan Ilmu Agama dan Penuntutnya

Keutamaan Ilmu Agama sangatlah besar karena kemuliaan ilmu itu sesuai dengan apa yang dipelajari. Beberapa keutamaan ilmu yang ada dalam Al-Quran, Hadist, dan ucapan para ahli ilmu (ulama salaf) :
  1. Al-Quran, Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). (QS. Ali Imran : 18). Abu Hamid al-Gazali berkata, “Maka perhatikanlah bagaimana Allah memulai dengan diri-Nya, kemudian para Malaikat, dan juga para ahli ilmu. Maka cukuplah ini sebagai keutamaan dan kemuliaan”. “Allah menganugerahkan al-Hikmah kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi al-Hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran”. (QS. Al-Baqarah : 269). Mujahid berkata, “Maksud al-Hikmah pada ayat di atas adalah al-ilm wa al-fiqh (ilmu dan fikih/pemahaman)”. Ibn Qutaibah dan kebanyakan para ulama berpendapat bahwa al-hikmah adalah menepati kebenaran dan mengamalkannya yang ia merupakan ilmu yang bermanfaat dan amal Shaleh.
  2. Sunnah, “Barangsiapa yang dikehendaki oleh Allah untuk mendapatkan segala macam kebaikan maka Allah akan pahamkan ia dalam urusan Agama”. (HR. Bukhari dan Muslim). “Baransiapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu maka Allah akan memudahkan jalannya menuju surga”. (Abu Dawud, al-Tirmizi, dan Ibn Majah dan Muslim No. 2699). “Sesungguhnya Allah, para Malaikat, penduduk langit dan bumi hingga semut yang berada dalam sarangnya dan juga ikan berdoa buat para pengajar kebaikan”. (HR. al-Tirmizi : 2686 dan Beliau menganggapnya Hasan).
  3. Perkataan Ulama
  • Al-Hasan Al-Basri pernah berkata, “Kalaulah bukan karena ulama (tentunya setelah izin dari Allah), maka manusia akan menjadi seperti hewan ternak”.
  • Mu’az Ibn Jabal berkata, “hendaklah kalian belajar ilmu agama karena mempelajarinya karena Allah sifat khasy’yah, mencarinya adalah ibadah, mengulang-ulangnya adalah tasbih, mengajarkan kepada yang tidak tahu adalah sedekah, memberikan kepada penuntutnya adalah qurbah (ibadah), ia adalah teman baik tatkala sendiri, dan sahabat tatkala bersepi”.
  • Ibn ‘Abbas berkata, “Muzakarah (mengulang-ulang) ilmu di sebagian malam lebih saya senangi dari pada menghidupkannya dengan shalat malam”.
  • Al-Imam al-Syafi’I berkata, “Belajar Ilmu Agama lebih mulia dari ibadah sunnah”. 
  • Sufyan al-Sauri berkata, “ Tidak ada amalan yang lebih utama disbanding dengan belajar ilmu agama bagi yang lurus niatnya”. 
  • Al-Imam Ahmad berkata, “Tidak ada yang mampu menandingi ilmu”. 
  • Ibn al-Qayyim berkata, “Sesungguhnya Allah Ta’ala telah mencela orang bodoh tentang perkara Agama dalam banyak tempat di dalam ayat-Nya”. Kemudian setelah beliau menyebutkan ayat tentang celaan Allah tersebut lalu beliau berkata, “Dan ini semua menunjukkan akan jeleknya sifat bodoh di sisi-Nya, murka-Nya kepada kebodohan dan orang yang bodoh, demikian pula semua manusia tidak senang dengan kebodohan dan orang yang bodoh  di mana mereka semua berlepas diri darinya walau kebodohan itu juga ada pada dirinya sendiri”.
Sesungguhnya keadaan yang ada pada kaum muslimin saat ini sangat menyedihkan dimana sebagian mereka bahkan sebagian besar mereka telah jauh dan berpaling dari ilmu agama. Mereka lebih perhatian terhadap ilmu dunia dan lalai dari ilmu akhirat (ilmu agama). Al-Hasan al-Basri berkata, “Demi Allah, sungguh akan sampai (pengetahuan) dunia salah seorang diantara mereka dimana ia hanya membolak-balik dirham dengan ujung jarinya, lalu ia pun akan mengabarkan timbangannya padahal ia belum bisa shalat dengan benar”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar