WAQAF SHADAQAH JARIYAH MILIK UTSMAN BIN AFFAN DI MADINAH
Waqaf ini berupa bangunan
hotel yang disewakan..
Apakah Anda tahu kalau
sahabat nabi khalifah Utsman bin Affan adalah seorang pebisnis yang kaya
raya, namun mempunyai sifat murah hati dan dermawan. Dan ternyata beliau radhiallahu
‘anhu sampai saat ini
memiliki rekening di salah satu bank di Saudi, bahkan rekening dan tagihan
listriknya juga masih atas nama beliau.
Bagaimana ceritanya sehingga beliau
memiliki hotel atas namanya di dekat Masjid Nabawi..??
Diriwayatkan di masa Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam, kota Madinah pernah mengalami panceklik hingga
kesulitan air bersih. Karena mereka (kaum muhajirin) sudah terbiasa minum dari
air zamzam di Mekah. Satu-satunya sumber air yang
tersisa adalah sebuah sumur milik seorang Yahudi, SUMUR RAUMAH namanya. Rasanya
pun mirip dengan sumur zam-zam.
Kaum muslimin dan penduduk Madinah terpaksa harus rela antri dan membeli air
bersih dari Yahudi tersebut.
Prihatin atas kondisi
umatnya, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian bersabda : “Wahai
Sahabatku, siapa saja diantara kalian yang menyumbangkan hartanya untuk dapat
membebaskan sumur itu, lalu menyumbangkannya untuk umat, maka akan mendapat
surgaNya Allah Ta’ala” (HR.
Muslim).
Adalah Utsman bin Affan Radhiyallahu
‘anhu yang kemudian
segera bergerak untuk membebaskan sumur Raumah itu. Utsman segera mendatangi
Yahudi pemilik sumur dan menawar untuk membeli sumur Raumah dengan harga yang
tinggi. Walau sudah diberi penawaran yang tertinggi sekalipun Yahudi pemilik
sumur tetap menolak menjualnya, “Seandainya sumur ini saya jual kepadamu wahai
Utsman, maka aku tidak memiliki penghasilan yang bisa aku peroleh setiap hari”
demikian Yahudi tersebut menjelaskan alasan penolakannya.
Utsman bin Affan Radhiyallahu ‘anhu yang ingin sekali mendapatkan balasan
pahala berupa Surga AllahTa’ala,
tidak kehilangan cara mengatasi penolakan Yahudi ini.
“Bagaimana kalau aku beli
setengahnya saja dari sumurmu” Utsman, melancarkan jurus negosiasinya.
“Maksudmu?” tanya Yahudi keheranan.
“Begini, jika engkau setuju maka kita akan memiliki sumur ini bergantian. Satu hari sumur ini milikku, esoknya kembali menjadi milikmu kemudian lusa menjadi milikku lagi demikian selanjutnya berganti satu-satu hari. Bagaimana?” jelas Utsman.
“Maksudmu?” tanya Yahudi keheranan.
“Begini, jika engkau setuju maka kita akan memiliki sumur ini bergantian. Satu hari sumur ini milikku, esoknya kembali menjadi milikmu kemudian lusa menjadi milikku lagi demikian selanjutnya berganti satu-satu hari. Bagaimana?” jelas Utsman.
Yahudi itupun berfikir
cepat,”… saya mendapatkan uang besar dari Utsman tanpa harus kehilangan sumur
milikku”. Akhirnya si Yahudi setuju menerima tawaran Utsman tadi dan disepakati
pula hari ini sumur Raumah adalah milik Utsman bin Affan Radhiyallahu
‘anhu.
Utsman pun segera mengumumkan
kepada penduduk Madinah yang mau mengambil air di sumur Raumah, silahkan
mengambil air untuk kebutuhan mereka GRATIS karena hari ini sumur Raumah adalah
miliknya. Seraya ia mengingatkan agar penduduk Madinah mengambil air dalam
jumlah yang cukup untuk 2 hari, karena esok hari sumur itu bukan lagi milik
Utsman.
Keesokan hari Yahudi
mendapati sumur miliknya sepi pembeli, karena penduduk Madinah masih memiliki
persedian air di rumah. Yahudi itupun mendatangi Utsman dan berkata “Wahai
Utsman belilah setengah lagi sumurku ini dengan harga sama seperti engkau
membeli setengahnya kemarin”. Utsman setuju, lalu dibelinya seharga 20.000
dirham, maka sumur Raumahpun menjadi milik Utsman secara penuh.
Kemudian Utsman bin Affan Radhiyallahu
‘anhu mewakafkan
sumur Raumah, sejak itu sumur Raumah dapat dimanfaatkan oleh siapa saja,
termasuk Yahudi pemilik lamanya.
Setelah sumur itu diwakafkan
untuk kaum muslimin… dan setelah beberapa waktu kemudian, tumbuhlah di sekitar
sumur itu beberapa pohon kurma dan terus bertambah. Lalu Daulah Utsmaniyah
memeliharanya hingga semakin berkembang, lalu disusul juga dipelihara oleh
Pemerintah Saudi, hingga berjumlah 1550 pohon.
Selanjutnya pemerintah, dalam
hal ini Departemen Pertanian Saudi menjual hasil kebun kurma ini ke
pasar-pasar, setengah dari keuntungan itu disalurkan untuk anak-anak yatim dan
fakir miskin, sedang setengahnya ditabung dan disimpan dalam bentuk rekening
khusus milik beliau di salah satu bank atas nama Utsman bin Affan, di
bawah pengawasan Departeman Pertanian.
Begitulah seterusnya, hingga
uang yang ada di bank itu cukup untuk membeli sebidang tanah dan membangun
hotel yang cukup besar di salah satu tempat yang strategis dekat Masjid Nabawi.
Bangunan hotel itu sudah pada
tahap penyelesaian dan akan disewakan sebagai hotel bintang 5. Diperkirakan
omsetnya sekitar RS 50 juta per tahun. Setengahnya untuk anak2 yatim dan fakir
miskin, dan setengahnya lagi tetap disimpan dan ditabung di bank atas nama
Utsman bin Affan radhiyallahu anhu.
Subhanallah,… Ternyata
berdagang dengan Allah selalu menguntungkan dan tidak akan merugi..
Ini adalah salah satu bentuk
sadakah jariyah, yang pahalanya selalu mengalir, walaupun orangnya sudah lama
meninggal..
Disebutkan di dalam hadits
shahih dari Abi Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا مَاتَ الإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ
ثَلاَثَةٍ إِلاَّ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ
وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Apabila manusia meninggal
dunia, terputuslah segala amalannya, kecuali dari tiga perkara: shadaqah
jariyah, ilmu yang bermanfaat atau anak shaleh yang mendoakannya”. [HR. Muslim,
Abu Dawud dan Nasa’i]
Dan disebutkan pada hadits
yang lain riwayat Ibnu Majah dan Baihaqi dari Abi Hurairah Radhiyallahu
‘anhu, dia berkata : Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
إِنَّ مِمَّا يَلْحَقُ الْمُؤْمِنَ مِنْ عَمَلِهِ وَحَسَنَاتِهِ
بَعْدَ مَوْتِهِ عِلْمًا عَلَّمَهُ وَنَشَرَهُ وَوَلَدًا صَالِحًا تَرَكَهُ
وَمُصْحَفًا وَرَّثَهُ أَوْ مَسْجِدًا بَنَاهُ أَوْ بَيْتًا لاِبْنِ السَّبِيلِ
بَنَاهُ أَوْ نَهْرًا أَجْرَاهُ أَوْ صَدَقَةً أَخْرَجَهَا مِنْ مَالِهِ فِي
صِحَّتِهِ وَحَيَاتِهِ يَلْحَقُهُ مِنْ بَعْدِ مَوْتِهِ
“Sesungguhnya di antara
amalan dan kebaikan seorang mukmin yang akan menemuinya setelah kematiannya
adalah: ilmu yang diajarkan dan disebarkannya, anak shalih yang
ditinggalkannya, mush-haf yang diwariskannya, masjid yang dibangunnya, rumah
untuk ibnu sabil yang dibangunnya, sungai (air) yang dialirkannya untuk umum,
atau shadaqah yang dikeluarkannya dari hartanya diwaktu sehat dan semasa
hidupnya, semua ini akan menemuinya setelah dia meninggal dunia”.
Like dan sebarkan, agar
manfaat dari informasi ini tidak hanya berhenti pada anda, tapi juga bisa
dirasakan oleh orang lain, sekaligus merangkai jaring pahala
Oleh : Ustadz Shalahuddin
AR Daeng Nya’la (Diedit dengan penyesuaian bahasa oleh tim KisahMuslim.com/herytaryana)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar