Foto ilustrasi
NILAI SEBUAH SENYUMAN
Puji syukur marilah senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah
SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah-Nya sehingga kita
masih diberikan kesehatan dan kesempatan untuk menjalankan
aktivitas kita.
Ketika Anda membuka lembaran sirah kehidupan Nabi Muhammad saw.,
Anda tidak akan pernah berhenti kagum melihat kemuliaan dan kebesaran
pribadi beliau.Sisi kebesaran itu terlihat dari sikap seimbang dan selaras
dalam setiap perilakunya, sikap beliau dalam menggunakan segala sarana
untuk meluluhkan kalbu setiap orang dalam setiap kesempatan.
Sarana paling besar yang dilakukan Nabi Muhammad saw. dalam dakwah
dan perilaku beliau adalah, gerakan yang tidak membutuhkan biaya besar,
tidak membutuhkan energi berlimpah, meluncur dari bibir untuk selanjutnya
masuk ke relung kalbu yang sangat dalam.
Jangan Anda tanyakan efektifitasnya dalam mempengaruhi akal pikiran,
menghilangkan kesedihan, membersihkan jiwa, menghancurkan tembok
pengalang di antara anak manusia!. Itulah ketulusan yang mengalir dari dua
bibir yang bersih, itulah senyuman!
Itulah senyuman yang direkam Al Qur’an tentang kisah Nabi
Sulaiman as, ketika Ia berkata kepada seekor semut,
“Maka dia tersenyum dengan tertawa karena (mendengar) perkataan semut
itu. Dan dia berdoa: “Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri
nikmat mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang
ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; Dan
masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu
yang saleh”. An Naml:19
Diriwayatkan dari Jabir dalam sahih Bukhari dan Muslim, berkata, “Sejak
aku masuk Islam, Rasulullah saw tidak pernah menghindar dariku. Dan
beliau tidak melihatku kecuali beliau pasti tersenyum kepadaku.”
Suatu ketika Muhammad saw. didatangi seorang Arab Badui,
dengan serta merta ia berlaku kasar dengan menarik selendang Muhammad
saw., sehingga leher beliau membekas merah. Orang Badui itu bersuara
keras, “Wahai Muhammad, perintahkan sahabatmu memberikan harta dari
Baitul Maal! Muhammad saw. menoleh kepadanya seraya tersenyum.
Kemudian beliau menyuruh sahabatnya memberi harta dari baitul maal
kepadanya.”
Ketika beliau memberi hukuman keras terhadap orang-orang yang
terlambat dan tidak ikut serta dalam perang Tabuk, beliau masih tersenyum
mendengarkan alasan mereka.
Ka’ab ra. berkata setelah mengungkapkan alasan orang-orang
munafik dan sumpah palsu mereka:
“Saya mendatangi Muhammad saw., ketika saya mengucapkan
salam kepadanya, beliau tersenyum, senyuman orang yang
marah. Kemudian beliau berkata, “Kemari. Maka saya mendekati beliau
dan duduk di depan beliau.”
Suatu ketika Muhammad saw. melintasi masjid yang di dalamnya
ada beberapa sahabat yang sedang membicarakan masalah-masalah jahiliyah
terdahulu, beliau lewat dan tersenyum kepada mereka.
Beliau tersenyum dari bibir yang lembut, mulia nan suci, sampai
akhir detik-detik hayat beliau.
Anas bin Malik berkata diriwayatkan dalam sahih Bukhari dan
Muslim, “Ketika kaum muslimin berada dalam shalat fajar, di hari Senin,
sedangkan Abu Bakar menjadi imam mereka, ketika itu mereka dikejutkan
oleh Muhammad saw. yang membuka hijab kamar Aisyah. Beliau melihat
kaum muslimin sedang dalam shaf shalat, kemudian beliau tersenyum
kepada mereka!”
Sehingga tidak mengherankan beliau mampu meluluhkan kalbu
sahabat-shabatnya, istri-istrinya dan setiap orang yang berjumpa dengannya!
Menyentuh Hati
Muhammad saw. telah meluluhkan hati siapa saja dengan
senyuman. Beliau mampu “menyihir” hati dengan senyuman. Beliau
menumbuhkan harapan dengan senyuman. Beliau mampu menghilangkan
sikap keras hati dengan senyuman. Dan beliau saw. mensunnahkan dan
memerintahkan umatnya agar menghiasi diri dengan akhlak mulia ini.
Bahkan beliau menjadikan senyuman sebagai lahan berlomba dalam
kebaikan. Rasulullah saw. Bersabda ;
“Senyummu di depan saudaramu adalah sedekah.” At Tirmidzi dalam
sahihnya.
Meskipun sudah sangat jelas dan gamblang petunjuk Nabi dan praktek
beliau, namun kita masih banyak melihat sebagian dari kita masih berlaku
keras terhadap anggota keluarganya, tehadap rumah tangganya dengan tidak
menebar senyuman dari bibirnya dan dari ketulusan hatinya.
Anda merasakan bahwa sebagian manusia -karena bersikap
cemberut dan muka masam- mengira bahwa giginya bagian dari aurat yang
harus ditutupi! Di mana mereka di depan petunjuk Nabi yang agung ini!
Sungguh jauh mereka dari contoh Nabi muhammad saw.!
Ya, kadang Anda melewati jam-jam Anda dengan dirundung duka,
atau disibukkan beragam pekerjaan, akan tetapi Anda selalu bermuka
masam, cemberut dan menahan senyuman yang merupakan sedekah, maka
demi Allah, ini adalah perilaku keras hati, yang semestinya tidak terjadi.
Pengaruh Senyum
Sebagian manusia ketika berbicara tentang senyuman, mengaitkan
dengan pengaruh psikologis terhadap orang yang tersenyum.
Mengkaitkannya boleh-boleh saja, yang oleh kebanyakan orang boleh jadi
sepakat akan hal itu. Namun, seorang muslim memandang hal ini dengan
kaca mata lain, yaitu kaca mata ibadah, bahwa tersenyum adalah bagian dari
mencontoh Nabi saw. yang disunnahkan dan bernilai ibadah.
by Firdaus Sandy (firdaus.insanmadani@gmail.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar