Entrepreneurship
Sesungguhnya, aturan dalam syariat Islam yang mulia ini telah mencakup seluruh aspek kehidupan manusia dan memberi solusi terbaik untuk individu maupun masyarakat. Syariat juga mengatur bagaimana seharusnya manusia berinteraksi dengan Allah, berinteraksi dengan sesama. Semua aturan dan solusi yang dibawakan dalam syariat ini tidak keluar dari batas kehalalan atau perkara mubah yang disyariatkan, yang sentiasa menjaga hak-hak, memelihara kemaslahatan, serta menyingkirkan bahaya dankerusakan.
Ketika Mendengar
kata Wirausaha atau Enterpreneur, umumnya orang akan berpikir tentang
pengusaha, bisnis, uang, dsb. Padahal pada dasarnya, Enterpreneurship tidak
selalu berhubungan dengan uang. Enterpreneurship adalah sebuah mindset atau
pola pikir yang seharusnya dimiliki oleh setiap pribadi muslim, sebagaimana
telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Seorang Enterpreneur selalu dianjurkan
untuk memiliki pola pikir diluar kebiasaan orang pada umumnya, Enterpreneur
akan lebih sering menggunakan otak kanan untuk menghasilkan
kreativitas-kreativitas baru, selalu memotivasi diri, dan tersenyum dalam
segala situasi. Enterpreneur akan melihat masalah sebagai suatu tantangan yang
harus dipecahkan,. Kegagalan dianggap sebagai batu loncatan, pembelajaran
bahkan pemicu semangat untuk meraih kesuksesan.
Diluar konteks
usaha dan sekedar mencari keuntungan, seorang enterpreneur juga akan selalu
berusaha untuk menjalin silaturahmi dengan semua kalangan, memperkaya ilmu
dengan lebih banyak mengamati dan mendengarkan, serta peka terhadap peluang.
Enterpreneur akan melihat segala sesuatu dari segi positif, mengubah kata
‘tidak bisa’ menjadi ‘bisa’, sulit menjadi mudah, mustahil menjadi mungkin.
Itulah sebagian ciri pola pikir yang dimiliki oleh seorang enterpreneur, atau
lebih kita kenal dengan enterpreneurship.
Enterpreneur
berasal dari bahasa Perancis dan pertama kali diperkenalkan pada abad ke-18
oleh ekonom perancis, Richard Cantillon. Menurut akar bahasa latinnya, entre
berarti masuk, pre berarti sebelum, dan neur berarti pusat syaraf. Jadi,
Wiraswasta didefinisikan sebagai seorang yang memasuki dunia bisnis – bisnis
apa saja- tepat pada waktunya untuk membentuk atau mengubah pusat syaraf (nerve
center) bisnis tersebut secara substansial.
Dalam bahasa
Indonesia terdapat dua terjemahan untuk kata enterpreneur, yaitu wiraswasta dan
wirausaha. Wira : utama,gagah berani, luhur: Swa: sendiri ; Sta: berdiri;
Usaha: kegiatan produktif. Dari asal kata tersebut, wiraswasta pada mulanya
ditujukan pada orang-orang yang dapat berdiri sendiri. Di Indonesia kata
wiraswasta sering diartikan sebagai orang-orang yang tidak bekerja pada sektor
pemerintah atau swasta,yaitu para pedagang dan pengusaha. Sedangkan
wirausahawan adalah orang-orang yang mempunyai usaha sendiri. Menurut Nasrllah
Yusuf (2006):”Wrausaha meupakan pengambilan resiko untuk menjalankan usaha
sendiri dengan memanfaatkan peluang-peluang untuk menciptakan usaha baru atau
degan pendekatan yang inovatif sehingga usaha yang dikelola berkembang menjadi
besar dan mandiri dalam menghaapi tantangan-tantangan persaingan.
Secara esensi
pengertian enterpreneurship adalah suatu sikap mental, pandangan, wawasan serta
pola pikir dan pola tindak seseorang terhadap tugas-tugas yang menjadi
tanggungjawabnya dan selalu berorientasi kepada pelanggan, Atau dapat juga
diartikan sebagai semua tindakan dari seseorang yang mampu memberi nilai
terhadap tugas dan tanggungjawabnya. Sedangkan kewirausahaan merupakan sikap
mental yang selalu aktif dalam berusaha untuk memajukan karya baktinya, dalam
rangka upaya meningkatkan pendapatan didalam kegiatan usahanya. Selain itu,
kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat
dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses.
Wirausahawan
adalah orang yang mampu berdiri sendiri dan berani membuka kegiatan produktif,
Ia tidak tergantung kepada suatu perusahaan maupun pemerintah, melainkan
membangun perusahaannya sendiri. Seseorang yang memiliki usaha sendiri tidak
menggantungkan penghasilan dan kehidupannya kepada orang lain, dari sanalah ia
dikatakan mandiri secara finansial. Namun, meski mereka mandiri bukan berarti
seorang wirausaha serta merta mengandalkan dirinya sendiri dalam mengembangkan
usahanya. Seorang wirausaha perlu membuka jaringan (networking) dengan
orang-orang disekitarnya. Ia perlu berinteraksi dan bersosialisasi dengan
banyak orang untuk menjaring pasar dan konsumen. Dengan kata lain, Ia menambah
relasi / rekanan agar bisnisnya cepat berkembang. Tidak hanya sebagai wadah
pemasaran produk, memiliki kenalan yang luas juga akan mempermudah wirausahawan
untuk mencari tambahan modal, serta lebih cepat mendapatkan informasi terbaru
yang bisa digunakan untuk inovasi produknya.
Islam memang
tidak memberikan penjelasan secara eksplisit terkait konsep tentang
kewirausahaan (enterpreneurship) ini, namun diantara keduanya mempunyai kaitan
yang cukup erat, memiliki ruh atau jiwa yang sangat dekat, meskipun bahasa
teknis yang digunakan berbeda.
Dalam Islam
digunakan istilah kerja keras, kemandirian (biyadihi), dan tidak cengeng.
Setidaknya terdapat beberapa ayat Al-Quran maupun Hadits yang dapat menjadi
rujukan pesan tentang semangat kerja keras dan kemandirian ini, seperti; “Amal
yang paling baik adalah pekerjaan yang dilakukan dengan cucuran keringatnya
sendiri (HR.Abu Dawud)”
“Tangan
di atas lebih baik dari tangan di bawah” (HR.Bukhari dan Muslim) dengan
bahasa yang sangat simbolik Rasulullah mendorong umatnya untuk bekerja keras
supaya memiliki kekayaan, sehingga dapat memberikan sesuatu kepada orang lain.
“Manusia harus membayar zakat (Allah mewajibkan manusia untuk bekerja keras
agar kaya dan dapat menjalankan kewajiban membayar zakat)”.
Dalam sebuah ayat Allah berfirman, “Bekerjalah
kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu juga rasul-Nya dan
orang-orang mukmin, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui
yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepadamu apa yang kamu
kerjakan.”(QS. At-Taubah : 105)
Maka dari itu “Apabila
shalat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di muka bumi, carilah
karunia (rezeki) Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu beruntung”.
(QS. Al-Jumu’ah : 10). Bahkan Sabda Nabi, “Sesungguhnya bekerja mencari rizki yang
halal itu merupakan kewajiban setelah ibadah fardlu”. (HR. Tabrani dan
Baihaki).
Nash ini
sangat jelas memberikan isyarat agar manusia bekerja keras dan hidup mandiri.
Bekerja keras merupakan esensi dari kewirausahaan. Prinsip kerja keras, menurut
Wafiduddin, adalah suatu langkah nyata yang dapat menghasilkan kesuksesan
(rezeki), tetapi harus melalui proses yang penuh dengan tantangan (reziko).
Dengan kata lain, orang harus berani melewati resiko akan memperoleh peluang
rizki yang besar. Kata rizki memiliki makna bersayap, rezeki sekaligus reziko
(baca; resiko).
Dalam sejarahnya
Nabi Muhammad Saw, istrinya dan sebagian besar sahabatnya adalah pedagang dan
enterpreneur mancanegara yang piawai. Beliau adalah praktisi ekonomi dan sosok
tauladan bagi umat. Oleh karena itu, sebenarnya tidaklah asing jika dikatakan
bahwa mental enterpreneurship inheren
dengan jiwa umat islam itu sendiri. Bukankah islam adalah agama kaum pedagang,
disebarkan ke seluruh dunia setidaknya sampai abad ke-13 M, oleh para pedagang
muslim. Umar ibnu khattab mengatakan bahwa, “Aku benci salah seorang di antara kalian yang tidak mau bekerja yang
menyangkut urusan dunia.”
Keberadaan Islam
di Indonesia juga disebarkan oleh para pedagang. Disamping menyebarkan ilmu
agama, para pedagang ini juga mewariskan keahlian berdagang khususnya kepada
masyarakat pesisir. Di wilayah pantura, misalnya, sebagian besar masyarakatnya
memiliki basis keagamaan yang kuat, kegiatan mengaji dan berbisnis sudah
menjadi satu istilah yang sangat akrab dan menyatu sehingga muncul istilah yang
sangat terkenal “jigang” (ngaji dan
dagang).
Sejarah juga
mencatat sejumlah tokoh Islam terkenal yang juga sebagai pengusaha tangguh,
diantaranya Abdul Ghani Aziz, Agus Dasaad, Djohan Soetan, Perpatih, Jhohan
Soelaiman, Haji Samanhudi, Haji Syamsuddin, Niti Semito, dan Rahman Tamin.
Apa yang
tergambar diatas, setidaknya dapat menjadi bukti nyata bahwa etos bisnis yang
dimiliki oleh umat Islam sangatlah tinggi, atau dengan kata lain Islam dan
berdagang ibarat dua sisi dari satu keping mata uang. Benarlah apa yang
disabdakan oleh Nabi, “Hendaklah kamu berdagang karena di dalamnya
terdapat 90 persen pintu rizki” (HR. Ahmad).
Adapun Motif
berwirausaha dalam bidang Perdagangan menurut ajaran Islam, Yaitu:
-
Berdagang Tidak sekedar Cari Untung.
Pekerjaan
berdagang adalah sebagian dari pekerjaan bisnis yang sebagian besar bertjuan
untuk mencari laba sehingga seringkali untuk mencapainya dilakukan hal-hal yang
tidak baik, penuh trik, penipuan, dll. Padahal ini sangat dilarang dalam Islam.
-
Berdagang adalah Hobi
Menekuni
kegiatan berdagang dengan sebaik-baiknya dengan melakukan berbagai terobosan,
yaitu dengan open display, window
display, interior display, dan close
display.
-
Berdagang adalah Ibadah
Bagi umat Islam
berdagang lebih kepada bentuk ibadah kepada Allah SWT. Karena apapun yang kita
lakukan harus memiliki niat untuknberibadah agar mendapat berkah. Berdagang
dengan niat ini mempermudah jalan kita mendapat rezeki. Para pedagang dapat
mengambil barang dari tempat grosir dan menjual kembali di tempatnya. Dengan
demikian masyarakat yang ada di sekitarnya tidak perlu jauh untuk membeli
barang yang sama.
-
Perintah Kerja Keras
Allah
memerintahkan kita untuk tawakal dan bekerja keras untuk dapat mengubah nasib.
Jadi intinya adalah inisiatif, motivasi, kreatif, yang akanmenumbuhkan
kreatifitas untuk perbaikan hidup. Selain itu kita juga dianjurkan untuk berdoa
dan memohon perlindungan Allah swt, sesibuk apapun kita berusaha.
-
Perdagangan / Berwirausaha adalah
Pekerjaan Mulia
Suatu hari ada
seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah, ”Mata pencaharian apakah yang
paling baik, Ya Rasulullah?” Beliau menjawab :” Ialah seseorang yang bekerja
dengan tangannya sendiri dan setiap jual beli yang bersih.”
(HR.al-Bazzar).
Semoga kita
dapat mengambil hikmah atau inspirasi dari paparan singkat ini, dan semoga kita
termasuk umat yang selalu di rahmati
Allah swt.Amin.
◙ A herry
Taryana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar